Sinergisitas Berbagai Indikator SDGs: Analisis Meta Coupling

Resensi Jurnal

Oleh: Rizqi Surya Pamungkas

Referensi

Zhiqiang Zhao, Meng Cai, Fang Wang, Julie A. Winkler, Thomas Connor, Min Gon Chung, Jindong Zhang, Hongbo Yang, Zhenci Xu, Ying Tang, Zhiyun Ouyang, Hemin Zhang, Jianguo Liu, “Synergies and Tradeoffs among Sustainable Development Goals Across Boundaries in A Metacoupled World,” Science of The Total Environment, Volume 751, 2021, 141749, ISSN 0048-9697, https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.141749.

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB telah berupaya mengatasi dampak kerusakan lingkungan, baik dalam skala regional maupun skala global (Helfenstein & Kienast, 2014; Su et al., 2014; Troy and Wilson, 2006; Millennium Ecosystem Assessment, 2005). 

Istilah meta coupling sendiri merupakan suatu konsep yang kerap digunakan untuk memahami hubungan antara manusia dan ekosistem lingkungan hidup di era globalisasi. Terminologi ini kerap digunakan untuk melakukan analisis interaksi antarwilayah maupun antarwaktu yang terjadi melalui transfer energi, material, organisme, maupun informasi, baik dalam suatu sistem yang sama maupun yang berbeda di beberapa bagiannya (Tromboni et al, 2021).

Analisis spasial kemudian dapat dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran hubungan lintas batas wilayah di skala global dalam rangka pengambilan keputusan. Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa keterhubungan dunia secara sosial, ekonomi, dan lingkungan semakin lama semakin meningkat (Liu, 2018; Nesme et al, 2018).

Kaitannya dengan Keberlanjutan

Adapun sinergisitas antara indikator-indikator yang menjadi target SDGs yang berbeda dari individu dan di berbagai sektor dan lokasi telah banyak dilakukan studinya. Namun, kajian mengenai terhadap sinergisitas dari berbagai indikator SDGs, yang melampaui lintas batas antarnegara masih sangat terbatas

Dalam analisis ekosistem lingkungan hidup yang berbasis metacoupling, sinergi antarindikator SDGs kemudian dapat terjadi ketika indikator-indikatornya mengalami kenaikan maupun penurunan secara bersama-sama. Sebagai contoh, aktivitas pelestarian lahan yang tidak digarap (yang terkait dengan SDGs 15.1) dapat meningkatkan hasil pertanian (yang terkait dengan SDGs 2.3) melalui peningkatan proses penyerbukan (Morandin dan Winston, 2006).

Selain itu, pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan melalui pengaturan aliran bahan, energi, dan informasi dari kegiatan manusia ke ekosistem lingkungan hidup dapat menghasilkan lebih banyak habitat bagi populasi ikan (SDG target 14.2) serta meningkatkan kualitas terumbu karang untuk tujuan pariwisata (SDG target 8.9) (Bellwood et al., 2004).

Lebih lanjut, ketika membahas aspek sinergisitas, ilmu ekonomi kemudian mengenal konsep yang dikenal sebagai trade-off. Trade-off ini terjadi ketika suatu bentuk aktivitas yang terkait dengan ekosistem lingkungan hidup dapat mengakibatkan penurunan kualitas dari indikator maupun aktivitas terkait lainnya (Raudsepp-Hearne et al., 2010). Contoh dari trade-off ini sendiri ialah penggunaan batu bara yang ditujukan sebagai sumber energi untuk aktivitas ekonomi (SDG target 7.1) dapat menyebabkan dampak pada perubahan iklim (SDG 13) dan serta menyebabkan proses asidifikasi di ekosistem kelautan (SDG target 14.3) melalui pelepasan emisi karbon (Nilsson et al., 2016).

Tujuan Penelitian

Referensi yang dikaji kali ini berjudul “Synergies and Tradeoffs among Sustainable Development Goals across Boundaries in A Meta Coupled world” yang diterbitkan oleh Science of the Total Environment pada tahun 2021.

Untuk memahami sinergi dan trade-off antara berbagai indikator SDGs dalam kaitannya dengan lintas batas dunia yang saling terkait berdasarkan konsep meta coupling, ketigabelas penulisnya kemudian menganalisis penerapannya di Cagar Alam Wolong yang berlokasi di Wenchuan.

Konsep meta-coupling yang dianalisis di sini mencakup gabungan antara manusia dan alam yang dapat terjadi dalam satu sistem (intracoupling), antara sistem yang berjauhan (telecoupling), dan antara sistem yang berdekatan (pericoupling).

Mengapa Cagar Alam Wolong?

Pemilihan Cagar Alam Wolong sebagai lokasi studi kasus pada studi ini disebabkan beberapa alasan.

  1. Wolong adalah cagar alam yang sangat penting dalam upaya konservasi panda. Sebagai bagian dari kawasan lindung global untuk konservasi keanekaragaman hayati, Wolong menawarkan lingkungan yang tepat untuk mempelajari dampak sinergi dan trade-off SDGs dalam konteks konservasi satwa langka. 
  2. Wolong memiliki penduduk lokal. Dengan kata lain, di cagar alam ini terdapat sistem keterkaitan antara manusia dan alam yang terintegrasi. Pada akhirnya, integrasi di sini memungkinkan peneliti untuk memahami interaksi antara kegiatan manusia dan lingkungan alam dalam konteks pembangunan berkelanjutan. 
  3. Wolong merupakan bagian dari sistem manusia dan alam yang bersifat metacoupled, yaitu memiliki keterhubungan dengan seluruh dunia melalui berbagai aliran. Ini membuat Wolong menjadi studi kasus yang ideal untuk menggambarkan sinergi dan trade-off SDGs dalam konteks lintas batas. 
  4. Cagar alam Wolong memiliki luas wilayah yang besar. Bahkan, cagar alam ini juga lebih luas dibandingkan dengan suatu negara, seperti misalnya Curaçao.Dengan demikian, penelitian di Wolong dapat memberikan wawasan penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan secara global. 

Wolong mengalami interaksi meta coupling lintas batas melalui dua sistem proses, yakni pariwisata dan peminjaman satwa langka (panda). Kedua proses ini memiliki dampak signifikan terhadap SDGs, termasuk di antaranya ialah untuk penciptaan lapangan kerja, promosi budaya lokal, serta konservasi satwa langka. Adapun peminjaman satwa langka berupa panda ini dikenal sebagai panda loan yang merupakan peminjaman panda oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok kepada negara lain dengan bayaran mencapai $1 juta per panda per tahun.

METODOLOGI

Dengan menggabungkan kerangka kerja metacoupling dan interaksi dari berbagai indikator SDGs, penelitian ini mempertimbangkan sinergi dan trade-off SDGs dalam dan lintas batas secara bersamaan

Aliran lintas batas seperti halnya sistem pariwisata, yang dimulai untuk mencapai tujuan SDGs tertentu dalam prosesnya dapat memberikan dampak positif ataupun negatif pada pencapaian SDGs lainnya, baik dalam lingkup lokal maupun lintas batas antarnegara. Sinergi maupun trade-off dari berbagai SDGs dalam sistem pariwisata di siini sendiri memiliki keterkaitan aliran dengan aliran sistem lainnya, seperti halnya arus modal keuangan dan juga arus mobilisasi penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa kompleksitas hubungan antara berbagai indikator SDGs dengan aliran lintas batasnya dapat mempengaruhi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Adapun studi ini dilakukan dengan melihat tujuh cagar alam di RRT yang didirikan untuk melindungi panda raksasa, dengan berfokus pada Cagar Alam Wolong. Selanjutnya, dilakukan identifikasi aliran pengirim, spillover, dan penerima yang disebabkan oleh sistem pariwista di Wolong beserta sistem panda loan yang dilakukan pemerintah negara tersebut sebelum dilakukan analisis dampaknya.

Figur 1. Kerangka Evaluasi Sinergistas Indikator SDGs dengan Menggunakan Pendekatan Metacoupling

Pemilihan Area Penelitian

Lokasi konservasi sendiri dipilih karena merupakan contoh yang baik karena merupakan area dilindungi untuk melestarikan biodiversitas. Seperti halnya area dilindungi di negara berkembang yang lain, kawasan ini membentuk sistem antara manusia dan lingkungan (Chen et al.,2012). Adapun analisis spasial metacoupling di sini terjadi karena lokasi dilakukannya studi terhubung dengan seluruh dunia (Schaffer-Smith et al., 2018)

Di area konservasi Cagar Alam Wolong, terjadi dua proses lintas batas utama, yaitu pariwisata dan peminjaman panda. Kedua aliran ini terkait dengan panda, yang merupakan simbol konservasi global, yang mencakup kedatangan orang dari luar untuk melihat panda di Wolong dan pengiriman panda dari Wolong ke kebun binatang di luar negara asalnya.

Proses aliran ini kemudian mendorong aktivitas pariwisata. Adapun kontribusi pariwisata sendiri diakui dalam target SDGs 8.9 yang menyerukan pembuatan kebijakan dan implementasi untuk mendorong pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja serta mempromosikan budaya dan produk lokal.

Aliran masuknya turis ke lokasi studi dan keluarnya panda melalui sistem panda loan dari lokasi studi juga memiliki kemiripan dengan aktivitas perekonomian lainnya yang juga dapat ditinjau dari aspeks spasial, seperti halnya perdagangan internasional dan migrasi (Liu et al., 2013, 2015; Fang et al., 2016; Hulina et al., 2017; Sun et al., 2018; Hull et al., 2019). Dalam konteks ini, alirannya dapat diidentifikasi dari sisi pengirim, penerima, dan spillover yang terjadi.

Figur 2. Aliran Pariwisata dan Peminjaman Panda antara Wolong dan Seluruh Dunia

Sumber Data

Data dan informasi aliran sistem pertama, yakni pariwisata, bersumber dari berbagai sumber. Beberapa diantaranya ialah: i. data longitudinal dari survey 200 rumah tangga dari tahun 1999 hingga 2007; ii. data survey turis Wolong pada musim panas 2006 dan 2007; iii. wawancara dengan beberapa pemangku kepentingan lainnya, terutama yang memiliki keterkaitan atau memahami sistem pariwisata di mana Cagar Alam Wolong berlokasi; iv. berbagai laporan dan publikasi yang dikelola pemerintah setempat.

Lebih lanjut, informasi mengenai panda loan didapatkan melalui berbagai sumber, diantaranya ialah: i. publikasi dan laporan yang dikelola pemerintah; ii. berbagai situs pelestarian panda; dan iii. wawancara terhadap petugas konservasi Cagar Alam Wolong. Pengumpulan informasi aliran sistem kedua ini ditujukan untuk melihat keterkaitan antara panda loan dan upaya pengembangan konservasi sebagai indikator SDGs 15 (life on land) serta kemitraan panda loan sebagai indikator SDGs 17 (partnership for goals).

TEMUAN

Hasil studi ini menujukkan bahwa terdapat total tujuh belas sinergi dan dua trade-off di antara enam SDGs yang ada dalam aliran sistem pariwisata dan panda loan di Cagar Alam Wolong yang bersifat lintas batas. Cagar Alam Wolong ssendiri berperan sebagai penerima untuk sistem pariwisata dan pengirim untuk sistem peminjaman panda. Adapun daerah asal wisatawan merupakan pengirim untuk aliran sistem pariwisata dan daerah tujuan pengiriman panda merupakan penerima untuk sistem panda loan

Lebih lanjut, terdapat beberapa cagar alam panda lain yang terpengaruh secara tidak langsung oleh aliran sistem pariwisata dan peminjaman panda dari Cagar Alam Wolong. Dengan kata lain, di luar berbagai indikator SDGs yang terkait langsung, aliran sistem pariwisata dan panda loan dari Wolong juga mempengaruhi SDGs lainnya, baik di dalam regional yang sama yakni di Wolong sendiri maupun lintas batasan, yakni lokasi cagar alam panda lainnya.

Figur 3. Indikator SDGs yang Terdampak dari Adanya Dua Aliran Sistem di Wolong (Pariwisata & Panda Loan)

Sinergi & Trade-off yang Terjadi di Sistem Pariwisata & Panda Loan Wolong


Dalam kaitannya dengan capaian SDGs, pariwisata di Wolong telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan promosi produk lokal, sehingga bersinergi dengan SDGs 8.

Namun, kegiatan pariwisata juga memiliki dampak negatif terhadap ekosistem lingkungan hidup di daratan, yakni SDGs 15 yang disebabkan oleh adanya gangguan terhadap ekosistem lokal. Dengan kata lain, pariwisata menyebabkan trade-off antara indikator SDGs 8 dan indikator SDGs 15.

Sementara itu, panda loan melalui aliran keuangan telah memperkuat sistem penelitian ilmiah dan menciptakan sinergi antara berbagai indikator SDGs 9, 15, dan 17. Oleh karena itu, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Wolong, penting untuk mempertimbangkan dampak positif dan negatif dari kegiatan tersebut terhadap berbagai SDGs.

Sinergi & Trade-off yang Bersifat Langsung

Dalam studi ini, ditemukan empat sinergi dan satu tradeo-ff antara Wolong dan cagar alam panda lainnya yang menyebabkan terjadinya spillover

Bentuk sinergi utama dari sistem aliran pariwisata terkait dengan poin indikator SDGs 8. Dalam konteks ini, pariwisata di daerah spillover juga mengalami kenaikan karena adanya kunjungan turis di Wolong. Dengan kata lain, terjadi sinergi SDGs lintas batas yang juga tercapai ketika target SDGs yang sama dalam sistem yang berbeda memberikan respons positif karena aliran yang dimulai dalam satu sistem, yakni bermuara dari pariwisata di Wolong. 

Selain itu, terdapat tiga sinergi dan satu trade-off di antara beberapa indikator SDGs lainnya. Dari segi pariwisata, SDGs 17 dan 15 di sistem spillover berinteraksi dengan SDGs 8 di Wolong. Temuan menunjukkan bahwa Wolong kemudian membangun kemitraan dengan wilayah lainnya untuk pengembangan pariwisata, yakni Jiuzhaigou. Namun demikian, SDGs 15 dalam sistem spillover mengalami trade-off dengan SDGs 8 di Wolong. Sebab, pariwisata di Wolong menyebabkan dampak negatif yang serupa pada habitat panda raksasa di cagar alam lainnya. 

Lebih lanjut, melalui panda loan dan aliran yang terkait, SDGs 9 dan 15 di sistem spillover bersinergi dengan SDGs 17 di Wolong. Para peneliti menemukan bahwa penelitian di 12 cagar alam lainnya didukung oleh dana GPICF untuk melakukan penelitian ilmiah. Selain itu, program sistem peminjaman panda meningkatkan kapasitas cagar alam lainnya untuk melakukan konservasi. Dalam konteks ini, proses konservasi dilakukan dengan melepaskan panda yang dipinjam ke alam liar di berbagai cagar alam lainnya sehingga meningkatkan keragaman genetik populasi panda yang sempat terisolasi.

Sinergi & Trade-off yang Bersifat Tidak Langsung

Ditemukan tiga sinergi SDGs yang bersifat tidak langsung di antara beberapa indikator SDGs antara Wolong dengan sistem spillover

SDG 1 dan 2 dalam sistem spillover bersinergi secara tidak langsung dengan pariwisata (SDG 8.9) di Wolong yang disebabkan oleh adanya kemajuan pariwisata dan aliran uang di sistem spillover. Adapun survei rumah tangga yang bertempat tinggal di 26 cagar alam sekitaran Wolong menunjukkan bahwa 14% rumah tangga tersebut memperoleh pendapatan yang terkait dengan pariwisata pada tahun 2014. 

Dalam konteks ini, pendapatan tahunan rumah tangga di sektor pariwisata ini secara signifikan lebih tinggi daripada rumah tangga non-pariwisata dengan tingkat penghasilan yang 142,9% lebih tinggi apabila dibandingkan rumah tangga yang bekerja di sektor non-pariwisata pada tahun 2014. Selain itu, tingkat kemiskinan dari para anggota rumah tangga yang bekerja di sektor pariwisata juga lebih rendah daripada rumah tangga yang bekerja di sektor non-pariwisata pada tahun 2014. 

Dalam kaitannya dengan panda loan, program penelitian ilmiah terkait satwa langka dan konservasinya berhasil mengalami kenaikan di 12 cagar alam lainnya yang merupakan sistem spillover dari Cagar Alam Wolong. Dengan kata lain, sistem panda loan ini berhasil meningkatkan kemitraan kolaboratif antara 12 cagar alam beserta dengan pihak terkait lainnya, yakni termasuk lembaga pemerintahan, berbagai institusi penelitian, serta mitra donor penelitian. Dalam situasi ini, indikator SDGs 17 di Wolong secara tidak langsung bersinergi dengan indikator SDGs 17 dalam sistem spillover melalui adanya kenaikan di indikator SDGs 9.

SIMPULAN

Kerangka sinergi dan trade-off dalam studi ini menyoroti interaksi spasial yang penting namun sering diabaikan dalam konteks interaksi SDG, yakni dalam kaitannya dengan lintas batas.

Studi ini menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak sinergi antara berbagai indikator SDGs di Wolong dan area aliran sistem yang terdampak, menunjukkan pentingnya pertimbangan interaksi lintas batas dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. 

Analisis lebih lanjut kemudian menunjukkan bahwa sistem pariwisata dan sistem peminjaman panda di Wolong menghasilkan sinergi yang signifikan dengan berbagai SDGs tetapi juga menunjukkan adanya tade-off antara indikator. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam mencapai keberlanjutan di berbagai skala.

Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan interaksi lintas batas dalam pengambilan keputusan kebijakan pencapaian pembangunan berkelanjutan guna meminimalkan trade-off yang akan terjadi serta memaksimalkan sinergi dalam pencapaian SDGs di konteks yang lebih global.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Accessibility Toolbar